STRES
A.
Arti
Penting Stres
Stres adalah
suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang,
tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu
itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban
rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan
kurang terkontrol secara sehat.
B.
Tipe-Tipe
Stres
Menurut Maramis (1990) ada
empat tipe stress psikologis, yaitu:
1. Frustasi
Frustasi muncul ketika adanya
kegagalan saat ingin mencapai suatu hal/tujuan. Orang yang memiliki tujuan
tersebut mendapat beberapa rintangan/hambatan yang tidak mampu ia lalui
sehingga ia mengalami kegagalan atau frustasi.Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat
badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana
alam, kematian orang yang dicintai, krisis ekonomi, dll)
2. Konflik
Timbul akibat dari
ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, aau tujuan.
Saat seseorang dihadapkan dalam situasi yang berat untuk dipilih, orang
tersebut akan mengalami konflik dalam dirinya. Bentuk konflik digolongkan menjadi
tiga bagian, approach-approach conflict, approach-avoidant conflict,
avoidant-avoidant conflict.
v approach-approach conflict adalah suatu konflik antara dua tujuan yang positif ,
tujuan-tujuan secraa bersama itu mempunyai daya tarik yang sama. Misalnya:
suatu konflik psikologis muncul ketika seseorang lapar dan ngantuk pada saat
yang sama.
v avoidant-avoidant conflict adalah konflik yang melibatkan dua tujuan negatif, dan
ini suatu pengalaman yang biasa. Misalnya: seorang siswa harus belajar untuk
dua hari berikutnya untuk satu ujian atau mendapatkan kegagalan.
v approach-avoidant conflict adalah konflik yang paling sulit dipecahkan. Dalam
jenis konflik ini, seseorang tertarik dan menolak objek tujuan yang sama.
Karena valensi positif dari tujuan ini, orang mendekatinya; tetapi jika
didekati, valensi negatifnya semakin kuat. Jika, pada satu titik mendekati
tujuan, aspek-aspek yang menghambat menjadi lebih kuat daripada aspek-aspek
positif, orang akan menghentikan usahanya sebelum mencapai tujuan. Karena
tujuan tidak tercapai individu bias menjadi frustasi.
3. Tekanan
Timbul akibat dari tuntutan
hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri, misalnya cita-cita
atau norma yang terlalu tinggi sehingga menimbulkan tekanan dalam diri. Juga
dapat berasal dari luar diri, misalnya orang tua yang menuntut anaknya untuk
masuk ke dalam jurusan yang tidak diminati.
4. Kecemasan
Merupakan kondisi ketika
individu merasakan kekhawatiran/kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman
yang tidak terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk.
Misalnya seorang anak yang sering dimarahi ibunya, anak tersebut akan merasakan
kecemasan yang cukup tinggi jika ia melakukan hal yang akan membuat ibunya
marah padahal ibu si anak tersebut belum tentu marah padanya.
C.
Symptom-Reducing
Respons
Kehidupan
akan terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Individu yang mengalami
stress tidak akan terus – menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk
itu setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan
keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada.
Berikut mekanisme pertahana diri (defense mechanism) yang biasa
digunakan individu untuk dijadiakan strategi saat menghadapi stress:
1. Identifikasi
Identifikasi
adalah suatu cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain dngan
membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti
orang lain tersebut. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya
memiiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan
sebagainya. Maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti
dosennya.
2. Kompensasi
Seorang
individu tidak memperoleh kepuasan di bidang tertentu, tetapi mendapatkan
kepuasan di bidang lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang
Matematika, namun prestasi olah raga yang ia miliki sangatlah memuaskan.
3. Overcompensation/ reaction formation
Perilaku
seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan
pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang
biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur
gurunya karena mengobrol saat upacara, bereaksi dengan menjadi sangat tertib
saat melaksanakan upacara dan menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
4. Sublimasi
Sublimasi
adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam
menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian
objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya
lebih tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau
tukang potong hewan.
5. Proyeksi
Proyeksi
adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada
objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain.
Mutu proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak
menyukai temannya, namun ia berkata temannyalah yang tidak menyukainya.
6. Introyeksi
Introyeksi
adalah memasukan dalam pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya
seoarang wanita mencintai seorang pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut
ke dalam pribadinya.
7.
Reaksi
konversi
Secara singkat mengalihkan konflik
ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar saat
menjelang bel masuk ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.
8.
Represi
Represi adalah konflik pikiran,
impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam
tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan
sengaja melupakan kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya tadi siang.
9.
Supresi
Supresi yaitu menekan konflik,
impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan
hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata “Sebaiknya
kita tidak membicarakan hal itu lagi.”
10. Denial
Denial adalah mekanisme perilaku
penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya seorang penderita
diabetes memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
11. Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku
seseorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari
pergaulan dengan lingkunganya. Misalnya artis yang sedang digosipkan
berselingkuh, karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
12. Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang
menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfntasi,
misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memiliki keberanian
untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang
yang ia cintai.
13. Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang
selalu bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak
terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos
sekolah.
14. Sikap mengkritik orang lain
Bentuk pertahanan diri untuk
menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku
agresif yang aktif (terbuka). Misalkan seorang karyawan yang berusaha
menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.
D.
Pendekatan
Problem Solving Terhadap Stres
Strategi
koping yang spontan mengatasi stress
Proses
mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data
dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang cermat dan
akurat . Misalnya , kita menghadapi masalah yang membuat kita stres jalan
satu-satunya ialah yakin kepada tuhan dan berdoalah maka tuhan pun memberi
jalan keluarnya kepada kita .
Strategi
coping yang spontan mengatasi stres ada dua yaitu :
1. Strategi Terfokus Masalah yang
disebut juga Problem focus coping, yaitu upaya seseorang untuk
memfokuskan perhatian pada masalah atau situasi spesifik yang telah terjadi,
sambil mencoba menemukan cara untuk mengubahnya atau menghindarinya. Strategi
yang ditempuh untuk memecahkan masalah antara lain menentukan masalahnya, mencari
pemecahan alternative, menimbang-nimbang alternative tersebut, dan memilih
salah satunya dan mengimplementasikannya.
2. Strategi Terfokus Emosi yang disebut
juga Emotion focus coping, yaitu upaya untuk memecahkan emosi yang tidak
dapat dikendalikan. Terdapat banyak cara untuk mengatasi emosi negative.
Hubungan Interpersonal
Hubungan
interpersonal (antarpribadi) adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau
lebih, yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola
interaksi yang konsisten. Ketika akan menjalin hubungan interpersonal, akan
terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal attraction.
A.
Model-Model
Hubungan Interpersonal
Untuk menganalisis hubungan interpersonal, menurut Goleman
dan Hammen dalam Jalaluddin Rakhmat
(2011) terdapat empat buah model, yaitu:
1. Model pertukaran sosial ( social exchange model )
Model
ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Pada model
ini, orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang
memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) menyimpulkan
model ini sebagai asumsi dasar bahwa setiap individu secara sukarela memasuki
dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup
memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya. Terdapat empat konsep pokok
dalam model ini, yaitu:
1) Ganjaran
Ganjaran
adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu
hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap
nilai. Nilai suatu ganjaran berbeda antara seseorang dengan orang lain, dan
antara waktu yang satu dengan waktu yang lain.
Contoh:
Bagi orang miskin, uang lebih berharga daripada ilmu pengetahuan. Sedangkan
bagi orang kaya, mungkin penerimaan sosial lebih berharga daripada uang.
2) Biaya
Biaya
adalah akibat yang dinilai negatif, yang terjadi dalam suatu hubungan.Biaya
dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri. Biaya
juga berubah-ubah sesuai waktu dan orang yang terlibat.
Contoh:
Bila seorang anak yang miskin berteman dengan sekelompok anak yang kaya. Dalam
bergaul, anak miskin ini sering diejek oleh anak-anak kaya tersebut. Anak
miskin tersebut mendapat biaya berupa keruntuhan harga diri karena sering
diejek oleh teman-temannya.
3) Hasil atau laba
Hasil
atau laba adalah ganjaran dikurangi dengan biaya. Bila seorang individu merasa
dalam sebuah hubungan tidak memperoleh hasil atau laba sama sekali maka
individu tersebut akan mencari hubungan yang lain.
Contoh:
Apabila kita memiliki sahabat yang egois. Kita tetap akan membantunya, sekadar
agar persahabatan dengan orang tersebut tidak putus. Bila bantuan (biaya)
disini ternyata lebih besar daripada nilai persahabatan (ganjaran) yang
diterima, maka kita rugi atau tidak mendapat laba.
4) Tingkat perbandingan Tingkat
perbandingan menunjukkan ukuran baku (standar) yang dipakai sebagai kriteria
dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang. Ukuran baku ini
dapat berupa pengalaman masa lalu atau alternatif hubungan lain.
Contoh:
Bila seorang gadis pernah berpacaran dengan seorang pria yang berjalan
sangat bahagia, tetapi akhirnya putus. Saat berpacaran dengan pria lain, maka
gadis tersebut akan mengukur ganjaran hubungan tersebut berdasarkan pengalamannya
yang dulu.
2. Model peranan (role model )
Model
ini memandang hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap
orang harus memainkan peranannya sesuai dengan “naskah” yang telah dibuat oleh
masyarakat. Terdapat empat konsep pokok yang harus diperhatikan dalam model ini
untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu:
1) Ekspektasi peranan (role expectation)
Ekspektasi
peranan mengacu pada kewajiban, tugas, dan hal yang berkaitan dengan posisi
tertentu dalam kelompok. Contoh: Guru diharapkan berperan sebagai pendidik yang
bermoral dan menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya.
2) Tuntutan peranan (role demands)
Tuntutan
peranan adalah desakan sosial yang memaksa individu untuk memenuhi peranan yang
telah dibebankan kepadanya. Desakan sosial dapat berwujud sanksi sosial
dan dikenakan bila individu menyimpang dari perannya. Contoh: Guru yang melakukan
kekerasan pada anak didiknya akan mendapat sanksi dari pemerintah, yang dapat
berupa diberhentikan dari tugasnya untuk mengajar.
3) Keterampilan peranan (role skills)
Keterampilan
peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu, kadang dsebut juga
kompetensi sosial. Sering dibedakan antara keterampilan kognitif dengan
keterampilan tindakan. Keterampilan kognitif menunjuk pada kemampuan individu
untuk mempersepsi apa yang diharapkan orang lain dari dirinya. Sedangkan
keterampilan tindakan menunjuk pada kemampuan melaksanakan peranan sesuai
dengan harapan. Contoh: Guru memang diharapkan dapat berperan sebagai pendidik yang
bermoral dan menjadi teladan bagi anak didiknya. Untuk itu seorang guru
harus berusaha memberikan ilmunya semaksimal mungkin dan menjaga
perilakunya agar dapat mewujudkan harapan tersebut.
4) Konflik peranan
Konflik
peranan terjadi bila individu tidak sanggup mempertemukan berbagai tuntutan
peranan yang kontradiktif. Contoh: Seorang ayah yang juga berperan sebagai
kepala sekolah, harus memberi hukuman pada anaknya yang berbuat kesalahan di
sekolah.
3. Model permainan
Model
ini berasal dari psikiater Erie Berne (19964, 1972). Analisisnya kemudian
dikenal sebagai analisis transaksional. Dalam model ini, orang-orang
berhubungan dalam bermacam-macam permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga
bagian kepribadian manusia yaitu:
a. Orang tua (parent), adalah aspek
kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang kita terima dari
orang tua kita atau orang yang kita anggap orang tua kita.
b. Orang dewasa (adult), adalah bagian
kepribadian yang mengolah informasi secara rasional.
B.
Pembentukan
Kesan dan Ketertarikan Interpersonal
Dalam memulai suatu relasi, individu satu
dengan yang lain biasanya melalui proses berikut:
§ Pembentukan Kesan.
Kesan muncul dalam waktu
singkat, biasanya hanya merupakan hasil pengamatan indera semata (misal: kontak
mata), merupakan penilaian singkat yang disesuaikan dengan harapan subjektif,
serta hanya menyimpan sedikit informasi tentang objek pengamatan tersebut.
Objek kesan antara lain: jenis kelamin, usia, ras, daya tarik fisik, cara
berpakaian. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesan:
a. Terbatasnya informasi
b. Kesamaan (asumsi kesamaan),
membandingkan objek dengan diri kita.
c. Isyarat yang keliru,
seperti: perempuan yang ramah pasti mau diajak kencan.
d. Stereotipe, merupakan keyakinan umum,
seperti: rambut gondrong pasti anak berandal; profesor biasanya berkepala
botak.
e.
Kesalahan logis, seperti: orang yang mudah menarik perhatian biasanya cerdas
dan intelek atau orang sukses dan sebaliknya.
f. Hallo effect dan devil effect, rasa suka atau tidak suka akan
mempengaruhi penilaian kita terhadap perilaku orang lain.
§ Ketertarikan Interpersonal
Individu mulai tertarik pada
individu lain karena beberapa faktor berikut:
1. Kedekatan fisik (physical proximity), misal:
satu fakultas, tetangga dekat.
2. Kesamaan diri, contoh: punya
kesamaan prinsip, sikap, atau latar sosial budaya.
3. Saling menyukai (mutual liking). Penelitian
Aronson (1980) yang terkait:
o
Kita akan menyukai orang yang menyukai kita
o
Orang akan menyukai kita apabila kita
menyukainya
o
Kita lebih menyukai seseorang yang rasa sukanya
mulai muncul atau bertambah kepada kita, daripada dengan orang yang telah dari
dulu menyukai kita.
4. Ketertarikan
fisik, biasanya tergantung pada standar individu, jenis kelamin, dan budaya.
o
Laki-laki menyukai perempuan karena daya tarik
seksualnya.
o Perempuan
menyukai laki-laki karena kepribadiannya atau kecakapannya.
C.
Intimasi
dan Hubungan Pribadi
Intimasi dapat dilakukan
terhadap teman atau kekasih. Intimasi (elemen emosional : keakraban, keinginan
untuk mendekat, memahami kehangatan, menghargai, kepercayaan). Intimasi
mengandung pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk
selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Dorongan
ini menyebabkan individu bergaul lebih akrab, hangat, menghargai, menghormati,
dan mempercayai pasangan yang dicintai, dibandingkan dengan orang yang tidak
dicintai. Mengapa seseorang merasa intim dengan orang yang dicintai? Hal ini
karena masing-masing individu merasa saling membutuhkan dan melengkapi antara
satu dan yang lain dalam segala hal. Masing-masing merasa tidak dapat hidup
sendiri tanpa bantuan dan kehadiran pasangan hidup sisinya.
Sumber :
Basuki Heru.2008.Psikologi Umum.Jakarta :
Universitas Gunadarma.
https://agnesdevia.wordpress.com/tag/reducing-stress/
Link http://www.academia.edu/5418626/HUBUNGAN_INTERPERSONAL
http://iin-winayah.blogspot.com/2012/04/hubungan-interpersonal.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar